google.com, pub-3289969913128559, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Banyak Aplikasi Kencan, Benarkah Cari Jodoh Jadi Lebih Mudah? - Pesonaind
Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Banyak Aplikasi Kencan, Benarkah Cari Jodoh Jadi Lebih Mudah?

Banyak Aplikasi Kencan, Benarkah Cari Jodoh Jadi Lebih Mudah?

Video News Terbaru Live January 14, 2023 8:49 am

Jakarta, CNBC Indonesia – Dating app atau aplikasi kencan daring menjadi salah satu platform populer di tengah kehidupan masyarakat modern Ketika ini, terutama kalangan millenial Dan Juga Gen Z.

Sempat dianggap tabu, ternyata aplikasi kencan daring, seperti Bumble, Tinder, TanTan, Omi, OkCupid, sampai Badoo ini menjadi aplikasi andalan bagi sebagian besar orang untuk mengisi waktu luang, mencari teman baru, sampai mencari pasangan.

Berdasarkan data berasal dari Mozillion, pada Oktober 2021 sampai Maret 2022, aplikasi kategori kencan atau dating memperoleh 450 ribu total jumlah pencarian di Google. Bahkan, Business of Apps menyebutkan bahwa para pengguna internet menghabiskan 16 persen waktunya untuk aplikasi kencan daring.


Swipe kanan, swipe kiri, jodoh datang berlari?

Aplikasi Bumble (Photo by Good Faces Agency on Unsplash)Foto: Aplikasi kencan online, Bumble (Photo by Good Faces Agency on Unsplash)

Secara teknis, penggunaan aplikasi kencan daring sangatlah mudah. Setelah melakukan registrasi Dan Juga mengisi sejumlah data, pengguna akan diberikan pilihan jutaan orang yg turut menggunakan aplikasi tersebut. Bila suka terhadap orang yg direkomendasikan, pengguna dapat melakukan swipe right (usap kanan) Dan Juga swipe left (usap kiri) bila sebaliknya.

Ada beberapa aspek yg menentukan seseorang akan disukai atau tidak disukai dari pengguna lain, hal tersebut tergantung berasal dari masing-masing preferensi, seperti tinggi badan, kebiasaan berolahraga, pendidikan, agama, pandangan politik, zodiak, sampai rencana ketika berkeluarga. Aspek tersebut tercantum di profil Dan Juga dapat diisi Ketika setelah registrasi.

Namun, rutinitas menggeser ibu jari ke kanan Dan Juga ke kiri di layar untuk ‘menyeleksi’ calon match ternyata tidak seluruhnya sesuai ekspektasi. Terlebih, setelah memperoleh banyaknya penolakan berupa ghosting, unmatch, sampai pemblokiran kontak dari match di dating apps.

Rata-rata pengguna aplikasi kencan daring rentan mengalami stres, rasa tidak aman, frustrasi, sakit hati, sampai merasa harga dirinya hancur setelah mengalami penolakan.studi Reciprocal Self-disclosure and Rejection Strategies on Bumble

Sebuah studi yg dipublikasikan melalui Sage Journals berjudul Reciprocal Self-disclosure and Rejection Strategies on Bumble menemukan, meskipun sejumlah interaksi melalui aplikasi kencan daring berujung pada pertemuan, sebagian besar hubungan berakhir bahkan sebelum pertemuan tatap muka terjadi.

Salah satu peristiwa ditinggalkan yg paling ‘pahit’ Dan Juga sering terjadi di era aplikasi kencan ialah ghosting. Menurut Koessler dalam studi yg sama, ghosting ialah strategi yg digunakan secara sepihak untuk mengakhiri hubungan dengan pasangan yg pernah memiliki ketertarikan romantis.

Akibat di-ghosting, seseorang dapat mempertanyakan value diri sendiri, seperti menyalahkan diri karena merasa kurang mampu membuat obrolan menarik, merasa penampilan kurang menarik, merasa diri kurang pantas untuk berada di suatu hubungan, sampai merasa tidak cocok berkenalan melalui aplikasi kencan daring.

Dalam studi Reciprocal Self-disclosure and Rejection Strategies on Bumble, rata-rata pengguna aplikasi kencan daring rentan mengalami stres, rasa tidak aman, frustrasi, sakit hati, sampai merasa harga dirinya hancur setelah mengalami penolakan.

Benarkah banyak orang menyerah pakai dating app?

Ilustrasi kencanFoto: Priscilla Du Preez via Unsplash
Ilustrasi kencan

Aura (bukan nama sebenarnya) telah menggunakan aplikasi kencan daring sejak 2017 sampai 2020. Selama tiga tahun berselancar di aplikasi kencan daring, perempuan berusia 36 tahun ini telah mencoba tiga aplikasi yg berbeda, yaitu salah satu aplikasi kencan berbasis web, Tinder, Dan Juga Bumble.

“[Alasan pakai aplikasi itu] gara-gara temanku terdapat dapet cowok Turki. Ia cerita kalo cowok Turki ganteng-ganteng Dan Juga enak diajak ngobrol karena pemikirannya setengah Asia Dan Juga setengah Eropa. Di situ kebetulan banyak bule, dapat Memilih region-nya, Dan Juga enggak bayar,” ungkap Aura kepada CNBC Indonesia, Hari Senin (9/1/2023).

Pada awalnya, Aura merasa nyaman bercengkerama di dalam aplikasi kencan, namun lama-kelamaan ia merasa risih karena banyak laki-laki yg memiliki fetish aneh, padahal Aura merasa memiliki beberapa kecocokan secara intelektual.

Selain alasan fetish, Aura juga merasa kurang nyaman dengan jarak geografis yg terlalu jauh antara dirinya Dan Juga match-nya, serta merasa bosan Dan Juga hilang perasaan dengan lawan match-nya.

Setelah sempat vakum berasal dari dunia kencan online, pada 2019 Aura akhirnya memutuskan untuk kembali menggunakan aplikasi kencan daring. Ia sempat mencoba beberapa aplikasi berbeda sampai akhirnya memutuskan untuk berhenti total. Alasan utamanya: lelah gagal membangun hubungan baru.

“Aku mulai merasa apabila ini (aplikasi kencan daring) bukan tempat untukku nyari pasangan karena ini ternyata bukan aku banget. Rasanya lelah banget sebenarnya, sih, nyari lewat dating apps gitu. Aku merasa ‘Kok orang lain ketemu pasangan, gue enggak, deh?'” ungkap Aura.

Meskipun sering merasa lelah secara mental Karena penggunaan aplikasi kencan daring, Aura merasa bahwa ia jadi lebih mengenal diri sendiri setelah melewati ‘petualangan’-nya berkencan di dunia maya melalui aplikasi-aplikasi tersebut. Aura merasa bahwa dirinya jadi mengetahui apa yg sebenarnya ia inginkan Dan Juga butuhkan terkait pasangan.

Sumber Referensi & Artikel : Berbagai Sumber
Saksikan video selengkapnya :

Open Comments

Posting Komentar untuk "Banyak Aplikasi Kencan, Benarkah Cari Jodoh Jadi Lebih Mudah?"